MU Lemah Hadapi Sepak Pojok
Newsfootball.id
- Dalam laga pekan ke-14 Premier League (2025/2026), Manchester United hanya mampu bermain imbang 1–1 melawan West Ham United di kandang sendiri, Old Trafford. Gol penyeimbang West Ham lahir dari situasi sepak pojok.
- Hasil imbang ini memancing kritik terhadap rapuhnya pertahanan United dalam menghadapi set–piece, terutama bola mati seperti sepak pojok—sebuah problem yang dianggap belum terselesaikan di musim ini.
- Laporan analisis menunjukkan bahwa kelemahan United dari bola mati (set-piece) bukan hal baru: tim ini kerap menjadi “sasaran empuk” gol dari set-piece lawan — baik saat pertandingan musim lalu maupun awal musim 2025/26.
🧱 Rekam Jejak Masalah Set-Piece di United
- Baru musim lalu, tim ini disebut sebagai salah satu klub paling banyak kebobolan dari set–piece di liga.
- Saat ditangani pelatih Ruben Amorim, United sudah berupaya memperbaiki situasi. Namun meskipun ada perbaikan — terutama dalam memanfaatkan set-piece untuk menyerang — pertahanan set-piece masih dianggap “ranah merah”.
- Realitas di lapangan 5 Desember 2025 memperlihatkan bahwa kerentanan itu masih ada — ketika West Ham mampu menyamakan skor melalui sepak pojok, meskipun MU unggul lebih dahulu lewat gol dari aksi terbuka.
🎯 Detail Laga vs West Ham — Bagaimana Set-Piece Menjadi Masalah
Laga di Old Trafford menunjukkan bagaimana satu momen bola mati bisa merusak hasil:
- United unggul melalui gol Diogo Dalot pada babak kedua.
- Namun di menit akhir, West Ham mendapat sepak pojok dari sisi sayap. Bola melayang ke kotak penalti — dan situasi chaos di kotak 6 yard membuat pemain West Ham lepas dari penjagaan, lalu mencetak gol penyeimbang.
- Hasil: United kehilangan dua poin penting di kandang sendiri — sekaligus menegaskan bahwa perbaikan defensif terhadap set-piece masih jauh dari ideal.
Pelatih dan pemain dikabarkan kecewa: mereka sadar bahwa tim sebenarnya mendominasi jalannya laga, tapi kelengahan satu detik di area pertahanan membuat semua jerih payah buyar.
🔄 Perubahan Taktik & Realita: Dari Masalah Menjadi Senjata — Tapi Sekali Lagi Tertembus
Menariknya, di era Amorim, United sempat mendapatkan reputasi baru: bukan hanya korban set-piece, tapi juga menjelma menjadi tim mematikan saat mendapat bola mati.
- Statistik menunjukkan United menjadi salah satu tim dengan efektivitas tinggi dalam mengeksekusi sepak pojok di Premier League 2025/26.
- Di laga melawan Crystal Palace beberapa hari sebelum West Ham, dua gol MU lahir dari situasi sepak pojok dan bola mati — menunjukkan hasil dari fokus latihan set-piece.
Namun, perbaikan pada serangan tidak diimbangi dengan konsistensi di pertahanan. Inilah ironi: set-piece menjadi pedang bermata dua bagi MU — bisa jadi kekuatan, tapi juga kelemahan fatal.
📌 Implikasi & Tantangan ke Depan
✅ Apa yang Sudah Baik
- United kini memiliki skema bola mati yang patut diperhitungkan — umpan lambung dan pemain tinggi memberi ancaman nyata ke pertahanan lawan.
- Pelatih memberikan perhatian serius pada latihan set-piece — itu terlihat dari gol-gol yang lahir dari situasi bola mati di beberapa laga.
⚠️ Masalah yang Belum Selesai
- Konsentrasi markasi saat defending corner masih lemah — satu kesalahan marking/kordinasi di kotak penalti cukup untuk kebobolan.
- Komunikasi bek, kiper, dan pemain pendukung set-piece kerap tidak sinkron — membuat bola bebas disambar lawan.
- Mentalitas dan insting bertahan di momen kritis perlu ditingkatkan: tim sering lengah saat menit akhir atau situasi bola mati berulang.
🔮 Tantangan ke Depan
- Jika tidak diperbaiki sebelum laga besar berikutnya, lawan-lawan dipastikan akan memanfaatkan kelemahan itu.
- United perlu konsistensi — menjaga keseimbangan antara memanfaatkan bola mati untuk menyerang dan memperkokoh pertahanan saat dihadapkan situasi serupa.
- Pelatih dan staf harus terus melatih skema pertahanan set-piece, termasuk marking zonal, clearing, positioning kiper, dan transisi pertahanan.
🏁 Kesimpulan: Set-Piece — Musketer & Pintu Masuk Bahaya bagi Manchester United
Laga kontra West Ham memperlihatkan bahwa meskipun United sudah berbenah, kelemahan klasik mereka — pertahanan dari sepak pojok / set-piece — masih menghantui. Sekali lengah, sinyal optimisme langsung buyar.
Set-piece kini menjadi senjata ganda: bisa membawa kemenangan, tapi juga bisa memakan keadaan. Jika United ingin bersaing di papan atas Premier League, fokus memperbaiki momen bola mati — terutama pertahanan — harus jadi prioritas.

